Mentawai Dari Sang Jenderal Tato
Mentawai adalah sebuah keterasingan di Sumatera Barat yang notabene identik dengan suku Minangkabau. Mentawai adalah sesuatu yang lain bukan saja karena kepulauan itu jauh dari daratan Minangkabau tetapi lebih pada pada perbedaaan akar budaya yang membentuknya. Itu sebabnya di Sumatera Barat, Mentawai hanya sebuah sampiran picisan dari kebudayaan Minangkabau yang senantiasa diagung-agungkan. Aku pun melewatkan Mentawai dalam rentang usia seperempat abad.
Mentawai menjadi sesuatu yang berharga pada saat aku menelusuri jejak budaya tato di Indonesia. Kalau tidak salah, hanya ada 3 sub etnis di Indonesia yang mengenal budaya tato permanen, Mentawai, Dayak dan Sumba. Pada saat pencarian itu aku menemukan nama Adi Rosa, dosen seni rupa di Universitas Negeri Padang. Lewat kontak Bung Nasrul di Dewan Kesenian Sumbar aku berhasil menghubungi Bapak Ady Rosa yang dalam salah satu media nasional disebut sebagai sang jenderal tato. Tidak sampai dalam hitungan bulan dua dokumen penelitan dan satu tesis master beliau di ITB tentang tato tradisional dikirimkan. Benar-benar penelusuran budaya yang menarik. Sesuatu yang aku lewatkan sekarang membuat aku jatuh cinta.
Sejak itulah aku mencari tahu segala sesuatu tentang Mentawai. Kami baru bertemu di kantor penghbung Pemda Sumbar di Matraman, Jakarta beberapa bulan sebelum novel ini rampung. Tentang tato penelusuranku jadi semakin mendalam, apalagi kemudian aku dikenalkan pada dua orang perempuan Mentawai yang akan menjadi.
Tentang tato Mentawai, tampaknya itu bukan sekedar kekonyolan ala budaya pop. Ia semacam identitas, jejak masa silam dan tapal batas peradaban yang gamang untuk dilewati. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar