Bedah Novel Rahasia Meede di Jogjakarta. Sabtu 2 Pebruari 2008 pukul 16.00, MP Book Point Jogjakarta

Senin, 03 Desember 2007

Sonai Dari Kaka Yusuf

Sonai, gadis hitam manis dengan gigi putih dari Waropen. Aku bahkan bisa melamunkan sosoknya pada saat menulis tentang petualangan wartawan Batu Noah Gultom hingga pedalaman Boven Digoel Papua. Pada awalnya aku nyaris kehilangan akal memikirkan nama untuk tokoh wartwan muda dari Papua itu. Tetapi pertemuan tidak sengajaku dengan Kaka Yusuf Sawaki di hotel Singgasana Makassar mempertemukan aku dengan gadis imajiner Papua nan cantik itu.



Kami berdua sama-sama hadir untuk sebuah kegiatan dua hari di Makassar. Kebetulan menjadi berkah, kami ditempatkan pada kamar yang sama di lantai 7 hotel tersebut. Kaka Yusuf adalah dosen sastra Inggirs di Universitas Negeri Papua di Manokwari.
Laki-laki berperawakan kecil itu lulusan Master dari sebuah universitas di Amerika sana. Diskusi Kami dimulai dengan masalah integrasi Papua dengan Indonesia yang tidak menyertakan integrasi kebudayaan. Itu sebabnya Papua masih dilihat sebagai ”makhluk asing” di tengah ras Melayu Indonesia. Kebudayaan Papua hanya dikenal lewat koteka, honai dan tentu saja perang suku. Dan ia terus menerus dianggap bagian yang mesti terus menyesuaikan dengan kemajuan lain di Indonesia. Itu sebabnya pohon persatuan tidak pernah tumbuh menjuang di Papua.



Pembicaraan yang panjang lebar itu membuat aku banyak tersenyum. Saat yang tepat untuk memberi nama yang bagus untuk tokoh wartawan perempuan Papua dalam novelku. Aku menanyakan satu nama perempuan yang khas dari kampung halaman Kaka Yusuf, daerah Waropen. Spontan ia menyebutkan nama Sonai. Secepat itu pula aku langsung menerima gagasan nama itu. Lantas aku pinjam marganya Kaka Yusuf, jadilah nama si cantik itu menjadi Sonai Sawaki. Aku berutang pada Kaka Yusuf untuk nama dan latar belakang karakter dari daerah Waropen.



Beberapa bulan silam, aku mengunjungi kota Manokwari. Aku coba menghubungi kaka Yusuf lewat telepon genggam tetapi nomor yang bersangkutan ternyata tidak aktif lagi. Aku hanya bisa berharap, kelak bisa bertemu lagi dengan Kaka Yusuf lantas kembali menggunjingkan tentang kebudayaan Papua yang sengaja dipinggirkan oleh Indonesia.

Tidak ada komentar: